Menuntut ilmu di pesantren ternyata bukan sekadar belajar saja, tapi juga harus ada beberapa hal yang perlu dijalani. Hal itu diterangkan oleh KH. Sholihun dari Magelang, Jawa Tengah saat memberikan mauidhoh hasanah dalam acara pengajian Harlah ke-16 Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah (PPLQ) Yogyakarta, Senin malam (8/2) lalu.
Dalam ceramahnya, KH Sholihun menjelaskan jika ingin pintar dan mendapatkan ilmu barokah, maka seorang santri harus rajin belajar, melakukan riyadhoh, dan menghormati guru. Bentuk belajar bisa dilakukan dengan rajin mutholaah dan bermusyawarah. Sedangkan riyadhoh atau yang biasa disebut dengan tirakat ini bisa dilakukan dengan banyak hal.
Menurut beliau, pada prinsipnya tirakat diartikan sebagai mengurangi hal yang menjadi kebiasaan.
“Yang namanya riyadhoh itu tidak harus puasa, mengurangi tidur dan makan juga termasuk riyadhoh,” kata KH Sholihun.
Nah, bentuk riyadhoh yang dilakukan oleh KH Chudlori Tegalrejo dulu adalah dengan ngrowot atau tak makan nasi. Bentuk riyadhoh itulah yang masih banyak ditiru, termasuk di Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah Yogyakarta.
Selain belajar dan riyadhoh, hal yang tak kalah penting untuk dilakukan seorang santri adalah menghormati guru. Secara tak sadar, santri terkadang melakukan perbuatan yang menyakitkan hati guru.
“Santri jangan membantah saat diperintah guru, Insyaallah guru kalau memerintah bukan dalam hal buruk,” terangnya.
Memilih untuk pindah pondok padahal belum mondok lama, kata KH Sholihun, juga termasuk hal yang dikategorikan bisa menyakiti hati guru.
Lebih lanjut KH Sholihun menerangkan jika kebermanfaatan suatu ilmu dapat dilihat dari pengamalannya. Yang termasuk ilmu tidak manfaat itu adalah tahu ilmunya tapi tak mempraktikkan. Jika tiga hal itu dipraktikkan, Insyaallah santri itu akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
Sementara itu, acara Pengajian dalam rangka peringatan Harlah Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah yang ke-16 dihadiri oleh ratusan pengunjung. Selain seluruh santri PPLQ sendiri, pengajian malam itu juga dihadiri oleh para jamaah Santri Malam Selasa (SMS), warga sekitar, dan puluhan alumni. Pemotongan dua tumpeng yang menjadi ciri khas peringatah Harlah pada tahun ini dilakukan oleh Simbah KH Salimi MU selaku wakil pengasuh PPLQ. Selain dilengkapi dengan khataman Al Quran dengan jumlah sesuai dengan usia PPLQ, pengajian peringatan Harlah ke-16 PPLQ ini juga disemarakkah dengan 16 penerbang dari tim hadroh Ababil PPLQ. Jumlah 16 penerbang dipilih untuk menyamakan usia PPLQ.