Adab Belajar (Muthola’ah) Menurut Kitab Ta’limul Muta’alim

320

Ngaji, belajar, lalaran, hafalan, mutholaah, jamaah, mujahadah bukanlah suatu hal yang asing lagi di kalangan santri. Hal tersebut sudah menjadi santapan sehari-hari bagi para santri, terutama santri ponpes salaf. Namun terlepas dari semua itu, ada hal tak kalah penting yang juga patut menjadi perhatian bagi para santri, yaitu adab / tata cara dalam belajar (mutholaah) itu sendiri. Hal tersebut mungkin masih menjadi hal yang sepele bagi sebagian orang. Namun jika kita amalkan, insyaAllah dampaknya akan besar untuk memperoleh kemudahan ataupun kelancaran dalam perjalanan mencari ilmu itu sendiri.

Diantara sikap yang perlu para santri terapkan adalah sikap wara’. Adapun yang termasuk ke dalam sikap wara’ yaitu menghindari rasa kenyang, banyak tidur, serta menghindari banyak bicara yang tidak berguna.

Cerita tentang keutamaan mengamalkan adab belajar

Ada cerita menarik antara Kang Meno dan Kang Rasyid mengenai adab dalam mutholaah :

 Qoola Muhammadun huwabnumaliki..Ahmadu, Ahmadu…Maliki…

“Perasaan aku wes ngapalke nadzhoman Alfiyyah iki bola-bali, kok yo meso rak apal-apal” Sambat Kang Meno.

“Ngopo e Kang, kok sambat-sambat” Sambung Kang Rasyid.

“Iki lho Syid, aku kok gak apal-apal, padahal aku wes berusaha ngapalke, aku yo nek lalaran tiap hari nang kelas kae yo melu nglalar, sampean ngapalkene pie tho? Kok bisa cepet ngunu, bagi resepe lah”. Tambah kang Meno.

“Sampean gadah wudhu gak Kang? Sampean ngapalkene madep kiblat gak Kang?” Tanya Kang Rasyid.

“Emang kudu ngunu tho Syid?” Timpal kang Meno lagi.

“Oala, iki seng marai gak apal-apal. Ngene Kang Meno. Sampean kilingan cerita di Kitab Ta’lim Muta’alim mbiyen pas ngaji nang kelas Jurumiyyah gak Kang?” Tanya Kang Rasyid lagi.

“Opo tho Syid, blass gak kilingan aku”. Jawab Kang Meno polos.

“Jadi gini Kang, dulu ustadz pernah menyampaikan keterangan dalam Kitab Ta’lim Muta’alim babagan sikap wara’ dalam menuntut ilmu, yaitu mengenai 2 orang yang mencari ilmu namun hasil yang mereka dapatkan berbeda. Salah satu dari orang yang menuntut ilmu itu menjadi orang alim, namun yang satunya lagi tidak menjadi orang alim. Padahal tempat belajar mereka sama (satu pesantren), guru mereka sama, porsi belajar mereka sama, bahkan mereka juga sering mengulang-ulang pelajaran bersama”. Jawab Kang Rasyid.

“Lantas apa penyebabnya? Setelah diselidiki ternyata yang satu ketika belajar selalu menghadap kiblat, dan yang satunya lagi ketika belajar membelakangi kiblat. Ternyata sikap wara dalam belajar itu sangatlah penting. Nah, mengapa kita perlu menghadap kiblat ketika belajar? Karena mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Selain itu, belajar dalam keadaan suci (punya wudhu) juga memiliki keutamaan tersendiri, sebab wudhu merupakan ibadah meskipun bukan dalam rangka melaksanakan sholat. Sehingga akan ada ganjaran bagi orang yang menjaga wudhunya. Hal ini telah dijelaskan oleh Syekh Imam Badruddin al-Ayni dalam Kitab Umdatul Qori’nya Jilid 1 halaman 59.” Imbuh Kang Rasyid lagi.

“Mantap Syid, tapi aku isih kurang paham, apa hubunganne belajar dengan melakukan kesunnahan dan ibadah?” Sambut Kang Meno polos.

Keterkaitan adab belajar dengan perkara sunnah

“Jadi gini Kang, menurut Syaikh Imam Az-Zarnuji dalam kitab Ta’lim Muta’alimnya, seorang santri itu tidak boleh meremehkan adab, sopan-santun, dan hal-hal yang hukumnya sunnah. Sebab, orang yang meremehkan adab pasti dia terhalang dari hal yang sunnah, dan orang yang meremehkan ibadah sunnah, maka ia pasti terhalang dari ibadah fardhu. Nah orang yang meremehkan ibadah fardhu, tentu terhalang dari urusan akhirat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Saw”. Jawab Kang Rasyid.

“Oala, ngunu tho Syid.. paham aku saiki, berarti ojo menyepelekan adab dan hal-hal yang hukumnya sunnah ya kuncinya”. Lanjut Kang Meno.

“Hooh Tenan”. Tambah Kang Rasyid.

Pentingnya memperhatikan adab dalam mutholaah

Dari cerita singkat tersebut, kita dapat mengambil pelajaran bahwa seyogyanya bagi seorang santri untuk memperhatikan adab / tata cara belajarnya agar ilmunya barokah dan bermanfaat. Selain itu, juga harus bisa menjaga sikapnya dengan baik, tidak bersikap asal-asalan (egois), bersikap wara, dan tidak menyepelekan hal-hal serta ibadah yang hukumnya sunnah.

Apa saja adab dalam mutholaah?

Adapun diantara adab belajar bagi seorang santri menurut kitab Ta’lim Muta’alim karya Syaikh Imam Az-Zarnuji, yaitu :

  • Belajar dengan sungguh-sungguh. Allah swt akan memberikan apa yang kita cita-citakan sesuai kadar kerja keras kita. Namun, kita tidak boleh terlalu memaksakan diri hingga melebihi kekuatan kita. Sebab hal tersebut malah akan melemahkan tubuh kita. Lalu bagaimana porsi belajar yang baik? yaitu dengan pelan-pelan namun kontinyu (terus-menerus). Sebab sabar inilah merupakan pokok yang penting dari segala sesuatu.
  • Menghormati guru dan ilmu. Hal ini bisa kita lakukan dengan cara senantiasa mengirim hadiah Surat Al-Fatihah kepada guru kita dan kepada mbah mushonif pengarang kitab yang tengah kita kaji sebelum memulai belajar, membawa kitab dengan baik, dan tidak menaruh kitab pada sembarang tempat.
  • Mengulang-ulang pelajaran pada awal malam dan akhir malam (yaitu waktu antara ba’da maghrib dan waktu sahur), sebab waktu tersebut adalah waktu yang diberkati.
  • Membiasakan belajar dengan suara keras, namun ya jangan terlalu keras hingga mengganggu temannya, yaitu dengan kadar sekiranya telinga sendiri itu bisa mendengar suaranya. Hal tersebut mendorong kita agar lebih cepat hafal akan sesuatu yang tengah kita pelajari.
  • Bersikap wara’ dalam menuntut ilmu, yakni mengurangi tidur, menjauhi kekenyangan, mengurangi bicara hal yang tak berguna, serta melakukan hal-hal yang hukumnya sunnah seperti menghadap kiblat ketika belajar dan berusaha menjaga wudhu (melanggengkan wudhu).
  • Memperhatikan dan menerapkan sesuatu yang menjadikan cepat hafal.
  • Menjauhi hal-hal yang mejadikan gampang lupa seperti membaca tulisan pada batu nisan.

Kesimpulan :

Demikian garis besar point dari beberapa adab dalam belajar yang dapat kita terapkan sehari-hari dalam masa perjalanan menuntut ilmu menurut versi Kitab Ta’limul Muta’alim. Masih banyak hal-hal yang perlu kita ketahui, masih banyak hal yang perlu kita kaji, serta masih banyak hal baik yang perlu kita coba dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, mari semangat ngaji, semangat ngabdi, semangat mendekatkan diri pada Sang Illahi.

Dalam Kitab Ta’lim Muta’alim disebutkan, ada seorang penyair berkata :

وايام الحداثة فاغتنمها # ألا ان الحداثة لا تدوم

“Gunakanlah masa mudamu sebaik mungkin, Ingatlah bahwa masa muda itu tidak akan terulang kembali”.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini