Gereja Protestan Maluku Bersinergi Bersama Santri Menuju Bangsa Madani

222
Gereja Protestan
Gereja Protestan

Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah menjadi salah satu pesantren yang terpilih sebagai tempat sharing bersama Lintas Iman yang diselenggarakan oleh GPM (Gereja Protestan Maluku). Acara ini berlangsung pada tanggal 10 Oktober 2022 dan dihadiri oleh beberapa rombongan jemaat GPM yang langsung datang dari Maluku. Sesuai dengan visi misi GPM yang berbunyi “Menjadi gereja yang memiliki kualitas iman dan karya secara utuh untuk bersama-sama dengan semua umat manusia dan ciptaan Allah mewujudkan kehidupan yang berkeadilan, damai, setara, dan sejahtera sebagai tanda-tanda Kerajaan Allah di dunia”, kegiatan ini bertujuan untuk menguatkan pondasi toleransi antar umat beragama khusunya umat Kristen Protestan dan Islam agar tidak mudah terprovokasi oleh perbedaan keyakinan yang dapat mengancam stabilitas NKRI.

Baca Juga : Jalan Cinta Menuju Sang Idola

Sambutan Ketua Gereja Protestan Maluku

Dalam sambutan pembukanya, Ibu Pendeta I. Koljaan/W. S.Th selaku Ketua GPM Klasis Pulau-Pulau Kei Kecil dan Kota Tual, Provinsi Maluku menuturkan. Alasanya memilih kota Jogja sebagai tempat terselenggaranya kegiatan tersebut sebab Jogja di kenal sebagai kota yang kental akan nilai toleransi. Di pilihnya kota jogja memiliki harapan agar mereka bisa belajar memahami konsep toleransi di daerah Yogyakarta. Khususnya pada pola pendidikan berbasis pesantren.

Mewakili pandangan muslim terhadap makna dan nilai toleransi  ustadz M. Syaiful Kamal selaku pengisi acara dari pihak pesantren menuturkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi nilai toleransi. Toleransi sudah seharusnya menjadi sikap seorang mukmin dalam berhubungan kepada sesama makhluk atau hablun min an-nas. Prinsip seperti ini juga yang melandasi perilaku santri pada seluruh manusia baik di dalam maupun luar pesantren yang erat di tanamkan dalam pribadi masing-masing santri.

Pertemuan Jemaat dan Santri

Dalam pertemuan tersebut, agaknya semua saling sepakat bahwa sikap saling toleransi dan saling memahami adalah dasar dari terlaksananya perdamaian. Terlebih Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari beragam suku, budaya, dan agama. Maka toleransi layaknya senjata pamungkas yang menyatukan segala perbedaan atas nama NKRI dan perdamaian.

Sejak zaman dahulu hingga sekarang, agama adalah isu yang paling sensitive dan di minati banyak orang, bahkan tak jarang topik agama di gunakan untuk kepentingan pribadi dalam ranah politik maupun komersil. Peran pemuka agama, sangat di butuhkan untuk menangkal seluruh provokasi yang mungkin terjadi akibat pemahaman yang kurang mendalam terhadap konsep agamanya masing-masing juga kepada makna toleransi itu sendiri. Untuk itu perlu di siapkan mental pemuda melalui pesantren dan lembaga-lembaga keagamaan lain untuk bersinergi bersama mencapai kehidupan bernegara dan beragama yang madani.

Acara berakhir dengan pemberian kenang-kenangan oleh kedua belah pihak. Kiranya Menjadi sebuah kehormatan dan ilmu berharga bagi pihak pesantren juga GPM untuk dapat berdiskusi mengenai lintas iman ini. Dari kegiatan tersebut semua dapat mengambil ibrah serta pelajaran bahwa Indonesia lahir karna penyatuan perbedaan. Indonesia juga semakin kuat dengan pondasi toleransi di setiap sendi kehidupan yang harus di jaga oleh setiap warga negara.