Memperingati adalah salah satu implementasi dari mencintai. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani ialah sosok waliyullah dengan berbagai karomah mutawatir yang namanya masih terus ditawasuli jutaan umat hingga kini. Jasadnya barangkali tak lagi srawung dengan kita, namun kisahnya masih santer terdengar di majlis-majlis. Makam beliau yang terletak di Irak masih terus diziarahi ratusan orang setiap harinya. Tak hanya itu, haul beliau pun tiap tahun masih terus diperingati, seperti yang sedang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah.
Teh hangat dengan uap yang masih mengepul melengkapi suasana syahdu malam itu (15/11). Runtutan peringatan haul dimulai dengan pembacaan manaqib oleh santri kelas Ihya. Setelahnya, disambung dengan sholawat simtudduror sebagai agenda rutinan malam selasa di Pondok Pesantren Al Luqmaniyyah bersama para jemaah. Abah Na’imul Wa’in memimpin tahlil yang kemudian disambung dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Kang Muhamad Farid Ali.
K. H. Ahmad Zabidi Marzuki Bantul memulai mauidzoh hasanahnya dengan menceritakan pengalaman beliau kepanggih dengan Syekh Abdul Qodir Al-Jailani di dalam mimpi. Dalam mimpinya beliau makmum sholat pada Syekh Abdul Qodir Al-Jailani. Sayangnya, baru satu rakaat berjalan, Syekh Abdul Qodir malah menoleh dan menegur beliau.
“Saya cuma sholat sunnah. Kamu jangan makmum saya.”
Ibarat hendak mendapat rezeki nomplok, tapi gagal. Kemasygulan beliau sebab gagal makmum sholat secara utuh kepada Syekh Abdul Qodir Al-Jailani tidak bisa dipungkiri.
Kemudian beliau lanjut menuturkan salah satu karamah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani. Yaitu makamnya yang setiap minggu selalu dipenuhi uang puluhan dinar dari peziarah sampai tak terlihat nisannya.
“Wong mati kok iso golek duit.” Kelakar. K. H. Ahmad Zabidi Marzuki.
Nyatanya, keistimewaan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani memang telah tampak sejak usia balita. Terbukti bahwa beliau tidak mau menyusu pada ibunya ketika siang hari di bulan Ramadhan. Hal ini telah tercantum dengan jelas di Manaqib Nurul Burhan.
Berkaitan dengan manaqib, K. H. Ahmad Zabidi Marzuki berpesan agar kita selaku santri juga membuat manaqib kita sendiri. Yaitu sebuah riwayat hidup yang berisi kebaikan-kebaikan dan akhlak yang terpuji. Entah itu dengan tahlil, sholawat, maupun amalan yang lain.
Beliau juga menukil salah satu maqalah Imam Syafii:
احب الصالحين ولست منهم * لعلي ان أنال بهم شفاعة
وأكره من تجارته المعاصي * ولوكنا سواء في البضاعة
“Aku menyukai orang-orang sholih, sekalipun aku bukanlah bagian dari mereka (orang sholih). Barangkali akan kuperoleh syafaat sebab mencintai mereka (orang sholih). Aku membenci orang yang dagangannya kemaksiatan, meskipun kita juga sama tiada beda.”
Setelahnya, K. H. Ahmad Zabidi Marzuki banyak menceritakan ulama-ulama lain dengan karamah dan keistimewaan yang dimiliki. Ulama yang beliau ceritakan diantaranya adalah Imam Bisyr Al-Hafi, Imam Ahmad bin Hanbal, Nabi Musa, dan tak lupa juga Imam Syafi’i.
Acara peringatan tersebut ditutup dengan doa langsung oleh beliau K. H. Ahmad Zabidi Marzuki pukul 00.30.
Penulis : Madarina
Editor : Ani Durotun Nafisa