Luqmaniyyah – Hidup di era digital nyatanya memudahkan kita dalam melakukan berbagai kegiatan dengan dukungan teknologi yang semakin canggih. Kegiatan belajar mengajar yang sejatinya dilakukan melalui interaksi guru dengan murid secara langsung di dalam kelas pun tidak lagi demikian. Ditambah adanya krisis Covid-19 yang tak kunjung menyusut, mengakibatkan segala bentuk kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring. Namun, perlu kita ketahui bahwa belajar agama secara otodidak melalui internet saja tanpa adanya sanad keilmuan sangatlah berisiko karena memiliki banyak sekali kelemahan.
Islam bersumber dari Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, untuk mempelajarinya harus dengan guru yang sanad keilmuannya tersambung kepada Rasulullah SAW. Jika tidak demikian, di khawatirkan akan terjadi kesalahpahaman dan justru menjadi momok yang menyesatkan bagi mereka yang baru belajar agama.
Baca Juga : Sejarah Singkat Taj ‘Ulama an-Nuhat
Kenapa Perlu Sanad Keilmuan?
Mengapa mengaji ilmu agama harus dengan sanad? Dalam berbagai literatur di jelaskan bahwa sebaik-baik orang belajar adalah yang mempunyai guru. Lalu gurunya mempunyai guru lagi dan terus tersambung (wushul) dengan guru-guru lainnya. Itulah yang dinamakan sanad keilmuan. Sanad atau nasab keilmuan itulah yang menjadikan kemurnian agama Islam terjaga.
Ada ungkapan hikmah dalam bagian mukadimah kitab Shahih Muslim yaitu “Al-Isnad minad din; laulal isnaad laqala man sya’a ma sya’a. Artinya, “Sanad adalah bagian dari agama. Andaikan tidak ada sanad, maka orang akan berbicara agama sesuai hawa nafsu dan kepentingannya saja.[1]
Baca Juga : Peringatan Haul KH. Najib Salimi Ke-Sebelas
Pentingnya Sanad Keilmuan Menurut Gus Baha
Gus Baha dalam suatu majelis pengajian kitab bersama para santri juga menjelaskan tentang pentingnya sanad dalam ajaran agama Islam. Kurang lebih begini, “Debat agama kok tidak ada refrensinya. Gak ada kitabnya. Kamu ngomong menurut saya”, “Wali bukan, ulama bukan, debat agama kok mengatakan ‘menurut saya’. Memangnya kamu mujtahid? Seharusnya tidak seperti itu. Biasakan pakai referensi, pakai sanad. Agama itu butuh sanad![2]” lanjut Gus Baha. اِنَّ هذا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ “Agama ini ilmu, ilmu ini agama. Maka lihatlah ilmu itu kalian ambil dari mana”. Karena tanpa sanad itu bahaya![2]
Kesimpulannya, jika kita belajar dengan sanad yang jelas tentu saja ilmu yang kita pelajari akan sesuai dengan apa yang diamalkan oleh Rasulullah SAW. Jangan sekali-kali belajar agama tanpa sanad karena sama saja kita berbicara asal tanpa dasar. Tanpa sanad yang jelas, ilmu tersebut tidak bisa di pertanggngjawabkan, tidak bisa di sebarluaskan dan bahayanya agama bisa menjadi rancu dan membingungkan.
Sebagai santri, seharusnya kita bersyukur karena mendapatkan kesempatan belajar di pesantren. Yakni belajar dengan guru yang sanadnya jelas terpercaya. Dengan demikian, akan memudahkan kita dalam memahami bidang-bidang ilmu yang sedang di pelajari, terhindar dari kesalahan, ilmu yang di peroleh dapat di pertanggungjawabkan, serta mempererat ikatan jiwa antara santri dengan guru. Jadi, yang perlu di garisbawahi di sini adalah kita harus senantiasa memperhatikan sumber ilmu yang kita pelajari. Bagaimanakah silsilah keilmuan atau sanadnya serta belajarlah kepada guru yang tepat, yang sanadnya jelas dan senantiasa mengamalkan ilmu tersebut. Jangan asal mencari di internet tanpa rujukan yang jelas. Karena hal ini sangat beperan penting dalam keshahihan dan keberkahan ilmu yang kita pelajari nantinya.
Referensi:
Editor: Tim Editor Annajwa & Fauzi