Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah (PPLQ) Yogyakarta menggelar lomba sorogan award dengan tema “Membumikan Tradisi Keilmuan Santri”. Acara tahunan ini diperuntukan bagi semua santri dalam rangka menyambut harlah Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah yang ke-22.
Pada lomba sorogan tersebut, peserta yang mengikuti merupakan perwakilan dari kelompok sorogan yang direkomendasikan oleh muharik atau pengampu sorogan mulai dari kelas jurumiyah sampai alfiyah 2. Lomba Sorogan Award dibagi menjadi dua tahap, yakni tahap penyisihan yang diselenggarakan pada tanggal 28 & 30 Januari 2022 dan tahap final pada tanggal 5 &6 Februari 2022. Sebelum menuju ke kedua tahap tersebut, para peserta diberikan arahan terkait ketentuan perlombaan melalui technical meeting.
Ustadz Amin Rofiq, selaku ketua panitia acara lomba sorogan award tahun ini, menyatakan bahwa lomba sorogan ini merupakan ajang transformasi ilmu pengetahuan. Sorogan menjadi wasilah perpindahan ilmu pengetahuan dari seorang guru pada murid baik dalam hal keilmuan seperti nahwu-sorof, maupun dalam hal keseharian seperti perspektif guru terhadap suatu hal. Perubahan kepribadian seorang murid juga dapat dipantau langsung oleh sang guru dengan lebih intens ketika sorogan.
Robithoh antar sang guru dan murid juga dapat terjalin lebih kuat lantaran sorogan. Untuk itu, kehadiran lomba Sorogan Award ini merupakan salah satu ikhtiar untuk terus membumikan tradisi keilmuan santri baik untuk Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah tercinta maupun pondok-pondok lain.
Kriteria penilaian lomba dilihat dari segi pembacaan dan pemahaman kitab, pemahaman nahwu shorof dengan rentang nilai 50-100 pada setiap poin penilaian. Waktu yang diberikan adalah 20 menit untuk setiap peserta, dihitung mulai dari pembacaan maqro.
Tim juri Sorogan Award kali ini terdiri dari Ustadz Tafsirul Anam, Ustadz Ahamd Fairuz Baroya, dan Ustadz Fahruddin. Masing-masing dewan juri memberikan kesan dan pesannya di akhir perlombaan.
Ustadz Tafsirul Anam menguatkan kembali bahwa sorogan merupakan tradisi pesantren. “Sorogan merupakan tradisi dalam keilmuan pesantren, tradisi itu sesuatu yang penting baik keilmuan maupun akhlak, dengan adanya sorogan kita merasa sangat bangga. المحافظة على القديم الصالح harus diteruskan. Untuk membuat sesuatu yang istimewa untuk kita, termasuk terkait pemaknaan. Maka tradisikan terus sorogan ini”.
“Santri kalau ada kesempatan sorogan, manfaatkanlah sebaik-baiknya. Kita bisa menemukan inti pembahasan. Kalau hanya mendapatkan makna, pethuk ada. Kalau hanya pemahaman sepintas, terjemahan ada. Tapi belum tentu kita bisa paham sepenuhnya.” Ngendikan Ustadz Fahruddin.
“Sorogan antara wani karo gak wani, gak wani karena peserta dari awal sudah memberi beban قال المصنف رحمه الله تعالى الخ apa yang diharapkan oleh mishonif dapat tersampaikan. Sorogan sama-sama nyurung entah dari peserta (santri) maupun muharik. Makanya diharapkan dua arah. Serta istilah الأدب فوق العلم. Adab tanpa didasari ilmu tidak jalan, sorogan merupakan metode yang patut diapresiasi dan mugi-mugi tetap berkelanjutan. Melalui acara, terdapat kesan bahwa sinau ono roso paite dan jangan dijadikan penghambat. Jadikan materi yang kita anggap sulit dan kita takutkan sebagai motivasi” Ustadz Fairuz.
Adapun beberapa nama-nama juara Sorogan Award tahun 2022, antara lain
1. Juara 2 kelas jurumiyah, dengan skor 252 : Rahmia Mulki
2. Juara 2 kelas imrithi, dengan skor 267 : Khoirul Fatihin
3. Juara 2 kelas Alfiyah 1, dengan skor 240 : Ata Luthfa Afidati
4. Juara 2 kelas Alfiyah 2, dengan skor 230 : Widianto
5. Juara 1 kelas jurumiyah, dengan skor 261 : Ahdan Ahmad Fikri
6. Juara 1 kelas imrithi, dengan skor 268 : Nur Minatul Husna
7. Juara 1 kelas Alfiyah 1, dengan skor 256 : Balya Chudil Fikri
8. Juara 1 kelas Alfiyah 2, dengan skor 249 : Kholil Fauzi
Editor: Madarina