ZUHUD BUKAN BERARTI TIDAK BOLEH KAYA

81

 

Banyak orang yang menganggap ketika seorang itu berlomba-lomba memperbanyak harta bendanya, maka orang itu di katakan orang yang tidak zuhud. Padahal hal tersebut bisa di lihat dari dua sudut pandang agar tidak sepenuhnya menyalahkan bahwa orang kaya itu bukan zuhud. Karena tidak sepenuhnya salah, orang yang memperbanyak harta kekayaannya. Maka dari itu harus di liat dari segi tujuannya memperbanyak harta kekayaaan tersebut.

Ketika seseorang itu memperbanyak harta hanya untuk memenuhi nafsu dan syahwatnya maka orang tersebut tidak zuhud. Sedangkan seseorang yang memperbanyak harta kekayaannya dengan tujuan yang baik, yang di legalkan oleh syariat di antara lainnya untuk ibadah, untuk sarana mencari ridho dari Allah, membantu orang yang kekurangan, membantu orang atau lembaga yang berjuang menegakkan agama Islam.

Zuhud Menurut Imam Al-Ghozali

Dalam kitab Mizan al-‘Amal, Imam al-Ghozali mengakui tentang keutamaan harta itu. Beliau mengatakan orang yang mencari kebaikan tanpa mengunakan harta ibarat orang pergi kehutan tanpa membawa senjata. Kata Imam al-Ghozali orang miskin itu menghabiskan seluruh waktu hidupnya hanya untuk mencari sesuap nasi. Karena hidup melarat ia pun tidak sempat pergi haji, memberi sedekah, mengeluarkan zakat, memperbanyak kebaikan mengunakan harta.

Sebelum menghukumi seseorang itu di kategorikan orang yang tidak zuhud atau orang itu di kategorikan orang zuhud, kita harus memahami definisi zuhud secara mendalam agar tidak keliru memahami konsep zuhud. Imam Ghozali memberikan penjelasan zuhud yang di salah artikan oleh kebanyakan orang. Bahwa zuhud itu tidak boleh kaya dan tidak boleh memperbanyak harta duniawi. Imam Ghozali meluruskan presepsi yang salah terhadap konsep zuhud yang sebenarnya, sebagaimana beliau jelaskan dalam kitab Ihya Ulum ad-Din sebagaimana berikut :

اعلم انه قد يظن ان تارك المال زاهد وليس كذلك فإن تارك المال وإظهر الخشونة سهل على من أحب المدح الزاهد


“Ketahuilah, bahwasanya banyak yang mengira orang yang meninggalkan harta dunia di katakan orang yang zuhud (zahid) padaha tidak demikian. Padahal sesungguhnya meninggalkan harta dan bernampilang yang buruk itu mudah dan ringan saja bagi mereka. dikarenakan mereka yang mempunyai ambisi agar dikira orang zuhud atau orang yang anti perkara duniawi.”

Dari penjelasan al-Ghozali bahwasanya orang yang sedikit makan? Merekabertempat tinggal yang kumuh? Akan tetapi mereka hanya bertujuan untuk di puji atau mengharapkan perhatian dari masyarakat agar di anggap orang-orang yang zuhud. Padahal sikap yang mereka lakukan bukan berarti menunjukkan sifat kezuhudan, karena kezuhudan harta duniawi tidak bisa di lepaskan dari kezuhudan yang berkaitan tentang kemashuran dan ketenaran.
Adapun zuhud pada hakikat sebenarnya adalah kondisi bathin yang terdalam yang tidak tercemari sedikitpun oleh perkara duniawi dan tidak adanya ketergantungan tentang ambisi duniawi.

Kisah Kezuhudan Imam Malik Ra

Di dalam kitab Ihya Ulum ad-Din, Imam Ghozali menceritakan Kisah Kezuhudan Imam Malik Ra yang kaya raya . Akan tetapi harta yang beliau memiliki tidak lantas membuatnya ketergantungan terhadap harta yang mereka miliki justru ia gunakan untuk hal yang baik.


Di kisahkan ketika Imam Syafi’i pernah bertandang (silaturrahim) ke rumah Imam Malik.  Ketika sampai Imam Syafi’i melihat begitu banyak kendaraan mewah di depan rumah Imam Malik. Kemudian Imam Syafi’i berkata : “Sungguh mewah dan indah sekali kendaraan-kendaraanmu, wahai Imam Malik.” Lalu Imam Malik berkata : “Kalau kamu suka, silahkan ambil saja semuanya, wahai Imam Syafi’i.”


Kemudian Imam Syafi’i berkata. : “Jangan kamu berikan semuanya kepada ku, tapi sisakan lah satu untuk dirimu , agar kamu bisa pergi  menggunakan kendaraan itu.”

Lalu Imam Malik menjawab : “Aku malu kepada Allah swt. apabila aku sampai menginjak tanah menggunakan roda (kaki kuda) ditanah ini. Padahal tanah tersebut adalah tanah yang biasa di injak dan menjadi tempat Rasulullah saw. (Kota Madinah).”

Imam Malik begitu kaya, akan tetapi beliau begitu zuhud terhadap harta kekayaannya. Beliau juga sangat dermawan sehingga rela memberikan semua kendaraan mewahnya untuk orang lain. Di samping itu, beliau juga sangat menghormati dan ta’dhim kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw. Sampai-sampai beliau tidak berani menaiki kendaraan di atas tanah (madinah) yang di mana Rasulullah saw di kebumikan.

Dalam Kitab Ihya Ulum ad-Din, Imam Ghozali mengatakan :
وليس الزهد فقد المال ولكن الزهد بفراغ القلب عن المال, ولقد كان سليمان عليه السلام في ملكه من الزهاد
“zuhud itu bukan berarti tidak mempunyai harta, akan tetapi zuhud yang sebenarnya  tidaknya kecondongan hati terhadap harta. Nabi Sulaiman sendiri di tengah gemerlap kerajaannya saja tetap tergolong orang-orang yang zuhud”`

Dari penjelasan di atas dapat simpulkan, bahwa zuhud yang sebenarnya bukan berarti kita harus miskin dan tidak boleh orang kaya. Akan tetapi zuhud yang sebenarnya yaitu tidak ada kecondongan hati seseorang terhadap harta dan dunia seisinya.

Lihat Juga Video : sanad keilmuan PP.Al-Luqmaniyyah 

Baca Juga: Konsep Keluarga Samawa dalam Tafsir Al-Misbah