Oleh : Febry Dwi Yanti
23 Juli 2023, penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, Bantul, Yogyakarta menyebabkan masalah baru yang sangat serius. Seringkali tumpukan sampah dijumpai di sembarang tempat baik di tepi-tepi jalan, di depan pagar sekolah, bahkan di sungai. Hal ini terjadi karena masyarakat belum bisa mengolah sampahnya secara mandiri di rumah masing-masing. Ketergantungan warga terhadap truk sampah keliling membuat masyarakat “manja” dan tidak tau-menau akan sampah yang dihasilkannya sendiri. Jogja darurat sampah, truk sampah keliling berhenti beroperasi, Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) terbatas dalam menerima sampah, membuat masyarakat kebingungan untuk mengelola sampah di rumahnya. Akhirnya, banyak sampah di dalam karung-karung besar yang berserakan di depan rumah. Tindakan lain akibat kebingungan masyarakat dalam mengelola sampah ialah banyaknya pembakaran sampah di pekarangan rumah atau di lahan kosong sekitar perumahan tempat tinggalnya. Tindakan tersebut kurang tepat, karena dapat menimbulkan masalah baru, yaitu polusi udara yang semakin meningkat.
Kurang lebih dalam waktu tiga bulan terakhir ini, masyarakat dan pemerintah DIY memikirkan serta membahas jalan keluar untuk menangani masalah darurat sampah. Sampah menjadi barang yang ditolak di mana-mana. Kebingungan masyarakat menimbulkan tekanan emosional pada pemerintah yang sering diprotes, dikejar waktu dan janji juga gengsi akan julukan “Istimewa namun sayang darurat sampahnya”.
Siapa yang harus bertanggung jawab?
Berbicara tentang sampah, tidak akan ada habisnya. Sampah adalah masalah bagi setiap individu. Maka dari itu, menyelesaikan permasalahan sampah juga tanggung jawab setiap individu. Kesadaran setiap individu adalah solusi terbaik untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di lingkungan masyarakat. Apabila masyarakat memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya mengelola sampah, maka dapat dipastikan hal buruk seperti darurat sampah ini tidak akan terjadi. Namun sayangnya, hal ini sudah terjadi. Lalu apa solusinya ?
Solusi pertama untuk membangkitkan kesadaran masyarakat adalah dengan memberikan pengertian dan sosialisasi untuk melihat sampah sebagai barang yang dapat diubah menjadi bermanfaat, bernilai guna dan dapat dikelola menjadi barang baru yang bernilai jual. Kesadaran masyarakat dapat diupayakan dengan diberikan edukasi pengelolaan sampah secara mandiri, dikenalkan tentang sampah yang bisa bernilai ekonomis, dan diberikan informasi tentang ancaman sampah terhadap bencana alam lingkungan sekitar dan kesehatan masyarakat.
Bagaimana cara mengatasi darurat sampah?
Sudah saatnya masyarakat bersama-sama dengan pemerintah melakukan action langsung terhadap menanganan darurat sampah. Ada banyak sekali cara yang dapat diupayakan untuk mengatasi persoalan darurat sampah, diantaranya sebagai berikut.
1. Mengenalkan pengelolaan sampah metode 3R kepada seluruh masyarakat, termasuk kepada anak usia dini
3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang). 3R merupakan pengetahuan dasar yang sangat berpengaruh untuk mengatasi persoalan sampah apabila dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Bagaimana tidak? Sampah itu ibarat demokrasi, dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang menghasilkan sampah adalah masyarakat dan dampak yang ada juga akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri.
3R dapat diterapkan dengan melakukan hal-hal sederhana, misalnya untuk reduce kita dapat mengurangi sampah plastik dengan cara membawa tas belanja sendiri ketika berbelanja dan membawa tempat makan atau botol sendiri ketika hendak membeli makanan atau minuman. Implementasi dari reuse adalah dengan memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang berguna. Misalnya membuat pot bunga dari sepatu booth yang sudah tidak dipakai lagi, membuat tas belanja dari sampah bungkus kopi saset, membuat kotak penyimpanan dari kaleng bekas dan kreatifitas lainnya yang menggunakan barang bekas. Selanjutnya untuk menerapkan recycle bisa dengan cara mendaur ulang sampah plastik, kertas, logam, kaca, dan lain-lain menjadi barang baru yang bermanfaat.
Pengenalan metode 3R kepada anak usia dini dapat dilakukan dengan memberikan permainan yang berisikan pelajaran yang mudah dipahami. Misalnya dikemas dalam bentuk nyanyian yang mengajak untuk membuang sampah pada tempatnya. Cara lain juga bisa dengan games, yang menyelipkan pelajaran untuk mengenalkan pada anak-anak tentang macam-macam sampah dengan cara membuat beberapa kotak sampah dengan warna yang berbeda kemudian dijelaskan apa arti dari warna kotak sampah yang berbeda-beda tersebut.
2. Membuat alat pembakar sampah untuk sampah anorganik
Sampah yang dibakar tanpa alat khusus dapat menyebabkan polusi udara. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan cara membuat alat khusus pembakar sampah yang dirancang sedemikian rupa supaya tidak menimbulkan polusi udara. Alat pembakar sampah biasannya dirancang dengan menggunakan drum besi berukuran besar yang diberi rongga dibagian tengahnya agar api tetap menyala meskipun sampah yang dimasukkan sangat banyak hingga memenuhi drum tersebut. Dibagian bawah drum diberi lubang terbuka untuk mengeluarkan abu sisa pembakaran sampah tersebut. Untuk mencegah polusi udara dari sisa pembakaran, tempat keluaran asap diberi filter agar dapat meminimalisir asap yang keluar. Alat pembakar ini dapat membakar sampah sebanyak 3 truk sampah per hari.
3. Membuat pupuk organik cair dan pupuk organik padat secara mandiri menggunakan alat sederhana yang dapat dibuat sendiri dirumah
Alat sederhana yang dapat digunakan untuk membuat pupuk organik adalah dengan memanfaatkan ember atau galon bekas. Alat ini dikenal dengan sebutan ember tumpuk. Proses pembuatannya cukup mudah, dengan menggunakan dua buah ember yang ditumpuk. Bagian bawah ember hanya perlu dilubangi dan diberi keran untuk mempermudah pengambilan POC (Pupuk Organik Cair) yang dihasilkan dari sampah organik yang berada di dalamnya. Bagian dalam ember diberi penyangga antara ember satu dengan ember lainnya supaya cairan dari sampah organik dapat terkumpul di bagian bawah dan dapat diambil melalui kran yang dipasang di bagian bawah ember tersebut. Sedangkan sampah organik yang sudah keluar cairannya menjadi kering dan dapat digunakan sebagai pupuk pula.
4. Bank sampah
Pembentukan bank sampah merupakan langkah yang cukup serius untuk mengelola sampah. Bank sampah merupakan tempat mengumpulkan sampah yang sudah dipilah kemudian akan didaur ulang menjadi produk baru. Proses daur ulang tidak harus dilakukan di bank sampah itu sendiri, melainkan bank sampah dapat menyalurkannya kepada pengepul atau langsung ke pabrik tempat daur ulang sampah. Mekanisme dalam bank sampah adalah pengelola bank sampah akan mencatat sampah yang disetorkan, kemudian akumulasi nilai sampah yang terkumpul akan dikonversikan dalam berbagai bentuk, misalnya uang tunai, tabungan, sembako, atau dalam bentuk lainnya.
Selain meminimalisasi resiko penumpukan sampah dan pencemaran lingkungan, bank sampah juga berdampak positif dalam membantu mendidik masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah secara mandiri demi kebaikan lingkungan sekitar.
Baca juga: Agar Dosamu Terhapus, Istighfar Dulu Seratus