MERAIH KENIKMATAN DALAM IBADAH
K. Na’imul Wain
(Pengasuh PP. Al Luqmaniyyah Yogyakarta)

Disebutkan bahwasannya Ulama Salafusshalih Zaman dahulu dapat mendatangkan halawah di hati mereka, sehingga dapat menemukan kenikmatan dalam beribadah. Baik itu ibadah yang sifatnya wajib maupun ibadah yang sifatnya sunnah. Berbeda dengan kita semua yang hidup pada era milenial seperti saat ini, untuk sholat saja kita masih merasa berat. Salah satu penyebabnya karena kita masih belum bisa sempurna dalam hal syariat, sehingga proses yang tidak sempurna ini menghasilkan hasil yang kurang sempurna juga. halawah inilah yang membuat para Ulama Salafusshalih bisa lama dalam beribadah, sedangkan kita yang belum bisa menemukan halawah dalam ibadah tentu belum sanggup jika harus berlama-lama dalam beribadah. Sehingga hasil dari ibadah kita masih jauh dari kata sempurna. Selain itu halawah yang dimiliki oleh para Ulama Salafusshalih ini, dapat membuat mereka bisa merasakan nikmat dalam isti’naf min maharimillah (menjauhi perkara yang diharamkan oleh Allah SWT). Hal ini berkebalikan dengan apa yang ada pada diri kita yaitu merasa nikmat jika melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya ketika sedang berhenti di perempatan lampu lalu lintas dan melihat pemandangan yang ada di kanan dan kiri kita, tentu rasa senang kita melihat pemandangan tersebut lebih besar daripada rasa senang kita ketika melaksanakan sholat. Inilah Luar biasanya Ulama Salafusshalih zaman dahulu, menjauhi perkara yang diharam saja bisa merasakan nikmat apalagi mengerjakan Al amru Bil Ma’ruf, pasti rasanya jauh lebih nikmat.

Rahasia para Ulama Salafusshalih bisa memperoleh halawah dalam melaksanakan ibadah adalah Badrul Amal yang baik. Badrul Amal itu adalah biji sebuah amal. Apa Biji dari sebuah amal itu ? Biji dari sebuah amal itu adalah makanan yang kita makan. Biji yang banyak akan menimbulkan ketidakrukunan. Kebanyakan makan itu akan membuat kita lebih mudah tidur dan malas untuk melakukan sesuatu. Sebuah lokasi yang terbatas jika ditanami banyak biji, maka tidak akan produktif. Akan tetapi jika biji yang kita tanam sedikit atau secukupnya, itu akan memberikan peluang yang besar untuk produktif. Jadi makanan yang sedikit atau cukup itu akan bisa membuat kita dapat maksimal dalam melaksanakan ibadah. Selain jumlah biji, kualitas dari biji yang dipilih juga diperhatikan oleh para Ulama Salafusshalih. Makanan yang dimakan itu bukan sembarang makanan walaupun itu halal. Hal inilah yang membuat para Ulama Salafusshalih bisa meraih kenikmatan dalam melakukan ibadah. Jika sembarang makanan kita makan tanpa memperhatikan kualitasnya, maka sulit untuk kita bisa merasakan nikmat dalam melaksanakan ibadah.  Para Ulama Salafusshalih juga tidak menanam secara terus menerus, tetapi terkadang juga “ngesat” tanaman. Ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah yang dihasilkan oleh biji tetap maksimal. “Ngesat” itu dilakukan dengan cara berpuasa. Ketika makanan yang kita makan itu berkualitas tapi tidak diimbangi dengan berpuasa maka hasilnya juga kurang maksimal. Berpuasa ini adalah sebagai penyeimbang agar kita dapat terus mendapat kenikmatan dalam hal ibadah.

Dari beberapa hal diatas, yang terpenting bagi kita adalah berusaha melakukan cara-cara Ulama Salafusshalih untuk mendapatkan kenikmatan dalam melaksanakan ibadah. Jangan sampai dari kecil hingga sebesar ini kita tidak pernah bisa merasakan kenikmatan dalam menjalankan ibadah.

Ditulis Oleh :
M. Fatih Rif’at Basya

(Santri PP. Al Luqmaniyyah Yogyakarta)